Bapanas Sebut Bahan Ini Bisa Bantu Tekan Stunting Lewat Fortifikasi Pangan
[ad_1]
Badan Pangan Nasional (Bapanas) atau National Food Agency (NFA) terus berupaya untuk memperbaiki kualitas gizi masyarakat Indonesia.
Salah satu hal yang sedang gencar dilakukan adalah dengan menerapkan fortifikasi pangan. Cara ini dianggap sebagai salah satu strategi yang efektif untuk mengatasi kekurangan gizi dan malnutrisi di berbagai daerah.
Sebagai tambahan, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), fortifikasi pangan adalah proses penambahan zat gizi tertentu, seperti vitamin dan mineral, ke dalam bahan makanan untuk meningkatkan kualitas gizi makanan tersebut.
Penambahan zat gizi mikro tersebut juga dapat membantu memulihkan kandungan gizi mikro lainnya yang hilang selama pemrosesan.
Gencarkan fortifikasi pangan
Kepala Bapanas, Arief Prasetyo Adi, menyoroti masalah stunting yang masih menjadi pekerjaan rumah besar bagi pemerintah. Pihaknya juga sudah menyusun Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk bahan makanan yang dapat difortifikasi.
Salah satu bahan pangan yang dapat difortifikasi adalah beras. Melalui penyusunan SNI untuk beras fortifikasi tersebut, Bapanas berharap seluruh pemangku kepentingan dapat mengembangkan dan mengadopsi fortifikasi pangan di Indonesia.
Fortifikasi pangan sejauh ini merupakah salah satu langkah penting untuk memperkuat status gizi masyarakat dan mendukung pencapaian ketahanan pangan nasional.
Kawan GNFI, beras fortifikasi ternyata tidak hanya menjadi sumber karbohidrat tinggi, tetapi juga mengandung zat gizi mikro, seperti vitamin A, B1, B6, B12, asam folat, zat besi, dan zinc.
Kandungan nutrisinya yang sangat kaya dipercaya untuk dapat membantu menurunkan angka stunting di beberapa daerah di Indonesia.
Fortifikasi pangan sendiri dapat dilakukan melalui dua cara, yakni biofortifikasi dan fortifikasi tambahan. Biofortifikasi merupakan penambahan nutrisi yang dilakukan sejak proses budidaya, sedangkan fortifikasi tambahan adalah penambahan mikronutrien dalam beras analog.
Saat ini, biofortifikasi zinc bahkan sudah mulai dikembangkan di sektor pangan segar. Inovasi untuk mengelola bahan pangan dengan kandungan gizi yang mumpuni ini merupakan faktor kunci untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045.
Dorong Penguatan Bahan Pangan Lokal Indonesia untuk Sukseskan Program Makan Siang Bergizi
Akan lakukan fortifikasi pada bahan pangan lain
Saat ini, beras masih menjadi makanan pokok sebagian besar masyarakat Indonesia. Namun, Bapanas menyebut bahwa akan ada kemungkinan fortifikasi bahan pangan lain untuk memperkaya kandungan nutrisinya.
Fortifikasi pada bahan pangan tersebut tentu saja tidak akan merusak sifat dasar pangan, sehingga nutrisinya akan tetap terjaga.
Rektor Universitas Jember, Dr. Ir. Iwan Taruna, M.Eng., IPM. dalam rilis resmi milik Bapanas menyebut, fortifikasi pangan dapat mendukung visi Indonesia maju, sejahtera, dan berdaya saing tinggi.
“Mungkin saat ini kita fokus pada beras karena beras adalah makanan pokok. Tetapi ke depannya, tidak menutup kemungkinan akan ada fortifikasi pada bahan pangan lain dengan tujuan memperkaya kandungan nutrisinya. Selama sifat dasar pangan tidak berubah, saya yakin masyarakat akan menerima produk ini dengan baik,” tuturnya.
Melihat Ragam Pangan dari Kekayaan Alam Papua, Ternyata Tak Cuma Sagu!
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News
[ad_2]
Source link
Tinggalkan Balasan