ILUSTRASI. Ekonomi Rusia yang sedang panas-panasnya di masa perang harus dibayar dengan harga mahal, yakni inflasi yang mencapai 9,8% pada bulan September.

Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID – Ekonomi Rusia telah menentang prediksi kiamat setelah lebih dari 32 bulan melakukan invasi besar-besaran ke Ukraina.

Namun, ekonomi Rusia yang sedang panas-panasnya di masa perang harus dibayar dengan harga mahal, yakni inflasi yang mencapai 9,8% pada bulan September.

Melansir Business Insider yang mengutip statistik resmi, kenaikan harga mulai merambat ke bahan makanan pokok, dengan harga kentang — makanan pokok Rusia — melonjak tahun ini sebesar 64% per 5 November.

Lonjakan harga kentang disebabkan oleh cuaca buruk dan meningkatnya biaya produksi di tengah kekurangan tenaga kerja dan kenaikan upah.

Bukan hanya kentang. Data dari Rosstat, layanan statistik federal Rusia, menunjukkan bahwa harga pangan secara umum telah naik secara menyeluruh tahun ini.

Pada akhir Oktober, para ekonom di saluran Telegram MMI, sebuah kelompok diskusi Rusia, menyebut percepatan harga sebagai hal yang “menakutkan.”

Baca Juga: Rusia Larang Keras Propaganda Child Free, Ini Alasannya

Situasinya sangat buruk sehingga orang-orang mencuri mentega dari supermarket. Harga mentega telah naik sebesar 27,5% tahun ini.

Inflasi juga telah melanda berbagai barang olahan dalam beberapa bulan terakhir, termasuk roti, susu, cokelat, dan bir, demikian dilaporkan media Rusia.

Lonjakan harga pangan sebelum Natal bukanlah hal baru.

Tahun lalu, Presiden Rusia Vladimir Putin harus meminta maaf atas lonjakan harga telur.

Untuk mengendalikan harga, bank sentral Rusia telah menaikkan suku bunga acuannya ke rekor tertinggi sebesar 21% bulan lalu. 

Bank sentral tersebut mengatakan minggu lalu bahwa mereka dapat menaikkan suku bunga acuannya lagi pada pertemuan berikutnya di bulan Desember.

Suku bunga yang tinggi membuat jengkel para pemimpin bisnis, yang lebih lantang mengkritik kebijakan bank sentral.

Sergei Chemezov, CEO konglomerat pertahanan Rostec, mengatakan dalam sebuah pidato di hadapan para senator Rusia pada akhir Oktober bahwa suku bunga yang sangat tinggi telah menggerus laba.

Baca Juga: Kapal Fregat Rusia dengan Rudal Hipersonik Masuk Selat Inggris & Atlantik, Ada Apa?

Chemezov lebih lanjut memperingatkan bahwa suku bunga pinjaman yang tinggi pada akhirnya akan membuat sebagian besar perusahaan bangkrut.