[ad_1]

Halo Kawan GNFI! Pernahkah Kawan mendengar tentang Desa Adat Bena Ngada? Terletak di dataran tinggi Flores, Nusa Tenggara Timur, desa ini tidak hanya menawarkan panorama alam menakjubkan, tapi juga warisan budaya yang masih lestari hingga kini.

Bena bukan sekadar kampung adat biasa—desa ini menjadi saksi perjalanan sejarah selama 12 abad dan dikenal sebagai kampung para dewa. Setiap sudutnya menyimpan cerita dan makna mendalam, mulai dari tata letak rumah hingga ritual-ritual adat yang dijalankan masyarakat setempat.

Dengan nuansa tradisional yang kental dan pemandangan alam yang memukau, Desa Adat Bena mengajak Kawan untuk sejenak meninggalkan kesibukan modern dan merasakan kehangatan kehidupan desa yang menyatu dengan alam.

Jadi, mari kita jelajahi lebih jauh pesona Bena dan berbagai kisah menarik di dalamnya!

Singgah Sejenak di Desa Sukarara, Desa Perempuan Penenun Penjaga Warisan Budaya di Lombok Tengah

Tenggelam dalam Budaya Megalitikum di Ketinggian Flores

Bena berada di ketinggian 2.245 meter di atas permukaan laut dan dikelilingi oleh keindahan alam yang memesona. Gunung Inerie, yang menjulang kokoh seperti piramida, menjadi penjaga setia desa ini.

Dari sisi timur, Bukit Wolo Ra menghadirkan panorama yang menakjubkan, sementara di selatan, pesona pantai Pulau Flores menanti. Pada malam hari, lampu-lampu di Bukit Manulalu berkilauan seperti kunang-kunang, menambah suasana magis Bena.

Bukan hanya alamnya yang memukau, tetapi tata letak desa ini juga unik. Rumah-rumah tradisional di Bena tersusun membentuk huruf U, menyerupai kapal yang terdampar di ujung tebing.

Atap rumah yang tinggi, terbuat dari alang-alang anyaman, dan pondasi batu yang mencapai tiga meter menunjukkan kearifan lokal dalam memanfaatkan sumber daya alam sekitar. Semua material diambil dari lingkungan sekitar, lho, sebagai bentuk penghormatan terhadap alam.

Festival Genang Era, Program Sesepuh Flores Wariskan Pangan Lokal untuk Anak Muda

Menyelami Filosofi dan Kehidupan Sosial Desa Bena

Desa Adat Bena Ngada, Wisata di Flores

Bena dihuni oleh sembilan suku, yaitu Tizi Azi, Tizi Kae, Wato, Deru Lalulewa, Deru Solamai, Ngada, Khopa, Ago, dan Bena sebagai suku tertua.

Desa ini bukan sekadar tempat tinggal, tapi juga pusat berkumpulnya masyarakat untuk menyelesaikan masalah bersama. Tokoh adat bahkan menggunakan batu besar bernama Turbupati sebagai kursi persidangan dalam rapat adat untuk mencari solusi.

Kaum laki-laki di Bena bertani dan mengolah kebun dengan tanaman kakao, kemiri, dan cengkeh. Sementara itu, kaum perempuan menenun kain tradisional untuk dijual sebagai suvenir.

Kegiatan ini menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang ingin melihat langsung proses pembuatan kain tradisional Flores.

Desa ini juga dikenal dengan tradisi megalitikumnya, di mana batu-batu besar seperti Watu Lewa dan Nabe digunakan sebagai meja ritual adat.

Selain itu, terdapat sembilan pasang nga’du dan bhaga, simbol nenek moyang laki-laki dan perempuan, yang ditempatkan di halaman tengah desa. Di bagian depan rumah, hiasan tanduk kerbau dan taring babi menggantung sebagai simbol status sosial, hasil dari hewan yang dikorbankan dalam upacara adat.

Wato Lota, Batuan Unik yang Dijaga Kelestariannya oleh Warga Adat Flores

Akses Menuju Bena

Kampung Bena dapat dicapai dengan kendaraan dari Bajawa, ibu kota Kabupaten Ngada, dalam waktu sekitar 45 menit melalui jalanan menurun dan berkelok.

Perjalanan darat dari Labuan Bajo ke Bajawa memakan waktu 7–8 jam, jadi siapkan stamina ya, Kawan! Desa ini terbuka untuk pengunjung setiap hari mulai pukul 08.00 hingga 17.00 WITA.

Tiket masuknya sangat terjangkau, yaitu Rp20.000 untuk wisatawan lokal dan Rp25.000 untuk wisatawan mancanegara.

Setiap tamu yang datang akan disambut dengan penuh keramahan oleh tokoh adat, yang mengalungkan selendang sebagai tanda selamat datang. Dana dari tiket ini dikelola untuk pemeliharaan desa agar keunikan dan keasriannya tetap terjaga.

Kampung Bena tak sekadar menjadi destinasi wisata, melainkan juga pusat budaya dan sejarah yang hidup hingga kini. Menikmati suasana desa ini akan membuat Kawan merasakan bagaimana harmoni antara manusia, alam, dan tradisi terjalin erat, bak terjebak di masa lalu dan melupakan segala hingar-bingar di perkotaan.

Jadi, jika Kawan GNFI ingin merasakan pengalaman yang berbeda dan belajar tentang kearifan lokal Flores, Bena adalah pilihan yang tepat.

Selamat bertualang di Desa Adat Bena ya, Kawan!

Menelusuri Jejak Tradisi Gerabah Lombok di Desa Banyumulek, Awal Mula dari Karya Rupa yang Mendunia

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News



[ad_2]

Source link