ILUSTRASI. Kedutaan Besar AS di Kyiv ditutup karena kekhawatiran akan potensi serangan udara Rusia setelah ancaman balasan Putin. REUTERS/Valentyn Ogirenko

Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID – Kedutaan Besar AS di Kyiv ditutup karena kekhawatiran akan potensi serangan udara Rusia. Langkah ini diambil menyusul ancaman pembalasan Presiden Rusia Vladimir Putin terhadap penggunaan senjata Amerika.

Melansir Daily Beast, Departemen Luar Negeri AS mengumumkan pada hari Rabu (20/11/2024), kedutaan besar AS di Kyiv akan ditutup setelah menerima “informasi spesifik” bahwa Rusia merencanakan potensi serangan udara yang signifikan.

Departemen tersebut selanjutnya menyarankan semua warga negara AS di ibu kota Ukraina  bersiap untuk segera berlindung [di tempat] jika peringatan udara diumumkan.

Seperti yang dilaporkan pada hari Senin, Ukraina menyerang depot amunisi Rusia menggunakan rudal jarak jauh ATACM Amerika, setelah Presiden AS Joe Biden memberikan persetujuan bagi Kyiv untuk menggunakan senjata jarak jauh tersebut untuk menyerang target di Rusia. 

Beberapa hari kemudian, Biden juga mengizinkan pengiriman ranjau darat antipersonel ke Ukraina, sebuah kebijakan kontroversial mengingat risiko ranjau terhadap warga sipil.

Baca Juga: Putin: Perang Ukraina Bakal Meluas ke Seluruh Dunia

Setelah serangan rudal tersebut, Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan negaranya akan menafsirkannya sebagai fase baru perang Barat melawan Rusia secara kualitatif. 

Kremlin, Lavrov memperingatkan, akan bereaksi sesuai dengan hal itu.

Pada hari yang sama, Presiden Rusia Vladimir Putin menyetujui perubahan doktrin nuklir negara tersebut, mengklasifikasi ulang serangan oleh negara non-nuklir—Ukraina, misalnya—sebagai serangan gabungan jika didukung oleh kekuatan nuklir, seperti AS.

BBC melaporkan, serangan skala besar terhadap Kremlin yang menggunakan rudal, pesawat nirawak, atau pesawat sekarang dapat dianggap sebagai alasan pembalasan nuklir dari pihak Rusia.

Lavrov mengatakan Rusia sangat mendukung upaya untuk melakukan segala hal guna mencegah terjadinya perang nuklir. Namun, pembaruan tersebut yang telah direncanakan sejak September, memicu kekhawatiran yang jelas tentang eskalasi.

Baca Juga: Rusia Tembakkan Rudal Balistik Pertama Kalinya dalam Invasi Skala Penuh ke Ukraina

“Terlepas dari apa yang dikatakan Rusia, baik AS maupun NATO tidak menimbulkan ancaman apa pun bagi Rusia,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri Matthew Miller dalam sebuah konferensi pers.