Legenda Batu Menangis dari Kalimantan Barat, Hukuman bagi Anak Durhaka kepada Orang Tua
[ad_1]
Legenda Batu Menangis merupakan salah satu kisah dalam cerita rakyat yang berkembang di tengah masyarakat Kalimantan Barat. Legenda ini berkisah tentang hukuman yang diterima oleh seorang anak yang durhaka kepada orang tuanya.
Bagaimana cerita lengkap yang terdapat dalam kisah legenda Batu Menangis dari Kalimantan Barat tersebut?
Legenda Batu Menangis
Dilansir dari buku 108 Cerita Rakyat Terbaik Asli Nusantara: Cerita Kepahlawanan, Mitos, Legenda, Dongeng, & Fabel dari 33 Provinsi, pada zaman dahulu di pedalaman Kalimantan hiduplah seorang gadis bersama ibunya. Gadis ini hanya hidup berdua bersama ibunya setelah sang ayah meninggal dunia.
Gadis ini memiliki bentuk fisik yang cantik jelita. Kecantikan yang dia miliki ini bisa menarik minat laki-laki manapun yang melihatnya.
Sayangnya gadis ini memiliki sifat yang pemalas dan angkuh. Dirinya sehari-hari hanya bermalas-malasan sembari berdandan.
Selain itu, dia selalu memaksakan kehendak yang diinginkan. Dirinya selalu meminta berbagai hal kepada sang ibu untuk bisa dipenuhi.
Padahal keluarga mereka hidup secara sederhana. Dirinya tidak pernah peduli bagaimana sang ibu bekerja keras untuk bisa memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari.
Sang ibu merasa sedih dengan perlakuan putrinya tersebut. Namun dirinya tidak bisa berbuat banyak meskipun gadis tersebut selalu berkata kasar dan meminta berbagai banyak hal.
Pada suatu hari, gadis beserta ibunya ini pergi ke desa untuk berbelanja kebutuhan sehari-hari. Penampilan mereka sangat jauh berbeda.
Gadis ini bersolek untuk menampilkan kecantikan yang dimilikinya. Lain halnya dengan sang ibu yang hanya berpakaian biasa pada saat pergi ke desa tersebut.
Benar saja, di tengah perjalanan gadis dan ibu ini bertemu dengan seorang pemuda. Pemuda tersebut terpesona dengan kecantikan yang dimiliki oleh si gadis.
Dirinya kemudian menyapa dan berbicara kepada sang gadis. Pemuda tersebut juga bertanya apakah wanita tua yang mengikutinya tersebut merupakan ibunya.
Mendengar pertanyaan dari si pemuda, sang gadis merasa malu mengakui bahwa wanita tersebut merupakan ibunya. Alih-alih memperkenalkan sebagai orang tua, gadis tersebut justru berkata bahwa ibunya merupakan pembantu yang ikut bersamanya.
Alangkah sedih perasaan sang ibu mendengar perkataan putrinya tersebut. Dirinya sudah tidak tahan lagi dengan perlakuan putrinya selama ini.
Sang ibu kemudian berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa agar putrinya menerima ganjaran atas perbuatan yang sudah dilakukan. Sang ibu meminta agar gadis tersebut diberi pelajaran atas keangkuhan dan sifat buruk yang dia miliki selama ini.
Tidak lama berselang, doa sang ibu ternyata dikabulkan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Perlahan-lahan tubuh sang gadis tiba-tiba membatu.
Si gadis tentu saja kaget melihat hal tersebut. Dirinya tersadar bahwa tengah mendapatkan hukuman atas perilakunya selama ini.
Gadis tersebut kemudian menangis dan meminta ampun kepada sang ibu. Namun dirinya tidak bisa berbuat banyak karena hukuman sudah dijatuhkan atas kesalahan yang sudah dia lakukan.
Semua tubuh gadis tersebut kemudian berubah menjadi batu seutuhnya. Meskipun demikian, di celah batu tersebut terlihat air menangis seolah-seolah tangisannya yang belum usai.
Atas penampakan tersebut, masyarakat sekitar kemudian menamai situs ini dengan nama Batu Menangis. Keberadaan Batu Menangis ini bisa menjadi pembelajaran agar setiap anak mesti bisa menjaga perilaku serta tetap hormat kepada orang tua yang sudah membesarkannya.
Oleh sebab itu, jangan sampai Kawan bersikap kasar dan durhaka kepada orang tua agar tidak mendapatkan hukuman atas perbuatan buruk tersebut nantinya.
Sumber:
– Reza, Marina Asril. 108 Cerita Rakyat Terbaik Asli Nusantara: Cerita Kepahlawanan, Mitos, Legenda, Dongeng, & Fabel dari 33 Provinsi. Visimedia, 2010.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News
[ad_2]
Source link
Tinggalkan Balasan