Malaysia Siap Produksi Bahan Bakar Penerbangan Berkelanjutan (SAF) pada 2027 BERITA AKURAT DARI SELURUH DUNIA
ILUSTRASI. Sebagai produsen minyak sawit terbesar kedua di dunia, Malaysia dinilai memiliki posisi strategis untuk menjadi salah satu pemain utama dalam produksi SAF global. REUTERS/Lim Huey Teng
Reporter: Sabrina Rhamadanty | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID – KUALA LUMPUR. Malaysia berencana memulai produksi bahan bakar penerbangan berkelanjutan atau Sustainable Aviation Fuel (SAF) pada tahun 2027 dengan kapasitas awal satu juta ton per tahun.
Melalui laporan Reuters, Selasa (26/11), Menteri Perkebunan dan Komoditas Malaysia, Johari Abdul Ghani menyatakan bahwa kapasitas tersebut akan terus meningkat secara bertahap berdasarkan kinerja pabrik dan ketersediaan bahan baku.
Baca Juga: Vietjet Operasikan Penerbangan Perdana dengan Bahan Bakar Berkelanjutan dari Vietnam
Sebagai produsen minyak sawit terbesar kedua di dunia, Malaysia dinilai memiliki posisi strategis untuk menjadi salah satu pemain utama dalam produksi SAF global.
Target Ambisius
Dalam Peta Jalan Transisi Energi Nasional 2023, Malaysia menetapkan mandat pencampuran SAF dimulai dari 1% pada tahap awal, dengan target pencampuran hingga 47% pada tahun 2050.
“Dengan pembangunan dua pabrik oleh EcoCeres Renewable Fuels Sdn Bhd dan Petronas, yang bermitra dengan Enilive dan Euglena, kapasitas gabungan produksi SAF akan mencapai satu juta metrik ton per tahun,” ujar Johari.
Baca Juga: AS Beri Jaminan Pinjaman US$ 3 Miliar ke Proyek Bahan Bakar Penerbangan Berkelanjutan
Dua fasilitas tersebut masing-masing memiliki kapasitas 350.000 dan 650.000 metrik ton per tahun.
Pemerintah Malaysia juga mempertimbangkan berbagai insentif pajak untuk menarik investor guna menjadikan Malaysia sebagai pusat pengembangan SAF.
Johari menyebut bahwa produksi SAF tidak hanya mendorong investasi tetapi juga memberikan manfaat langsung bagi petani kecil dan pelaku industri kelapa sawit.
Limbah kelapa sawit, yang menjadi bahan baku SAF, dinilai memiliki nilai ekonomis lebih tinggi dibandingkan minyak kelapa sawit itu sendiri.
Di tingkat regional, negara-negara ASEAN mulai serius mengadopsi SAF. Singapura, misalnya, akan mewajibkan penggunaan SAF pada semua penerbangan yang berangkat dari negaranya mulai 2026, dengan target pencampuran 3-5% pada tahun 2030.
Baca Juga: Pertamina Optimistis Kembangkan Bisnis SAF di Indonesia
Sementara itu, Indonesia telah memulai langkah konkret dengan penerbangan komersial pertama menggunakan bahan bakar jet campuran minyak kelapa sawit pada Oktober lalu.
Penerbangan tersebut dioperasikan Garuda Indonesia dengan rute Jakarta-Surakarta, menempuh jarak sekitar 550 km.
Tinggalkan Balasan