Manajemen Waktu dan Energi, Kunci Produktivitas Generasi Emas 2045
[ad_1]
Produktivitas yang tinggi merupakan indikator sehatnya ekonomi nasional. Ini juga kunci untuk mencapai suatu objective, baik itu tujuan pribadi, bisnis maupun negara sekalipun.
Artikel ini akan membahas pentingnya menguasai manajemen waktu dan energi, guna meningkatkan produktivitas diri. Work hard dan Work Smart akan membawa kita pada kesuksesan.
Produktivitas Kunci Untuk Mencapai Tujuan
Kawan GNFI, tidak terasa dua bulan lagi kita akan memasuki tahun 2025, sudahkah Kawan memenuhi semua resolusi yang dicanangkan di tahun lalu? Seberapa tinggi produktivitas Kawan dalam mencapai setiap objective yang telah digulirkan?
Sampai hari ini, mungkin masih ada di antara kita yang merasa bahwa produktivitasnya masih rendah. Juga tidak tidak tahu apa yang harus dilakukan.
Ada dua kemampuan yang saat ini harus dikuasai oleh Kawan, yaitu mengelola waktu dan kemampuan mengelola energi diri.
Kemampuan Mengatur Waktu
Manajemen waktu merupakan keterampilan krusial yang sangat berpengaruh terhadap kesuksesan individu. Dalam dunia yang serba cepat ini, kemampuan untuk mengatur waktu secara efektif dapat menjadi pembeda antara mereka yang sukses dan mereka yang terjebak dalam rutinitas sehari-hari.
Stephen R. Covey, dalam bukunya The 7 Habits of Highly Effective People, mengatakan, “The key is not to prioritize what’s on your schedule, but to schedule your priorities.” Intinya, fokus pada hal-hal yang benar-benar penting jauh lebih efektif dibandingkan sekadar mengelola daftar tugas harian.
Kemampuan Manajemen Waktu
Ada beberapa teknik manajemen waktu yang terbukti efektif, yaitu:
- Matriks Eisenhower: Mengelompokkan tugas berdasarkan urgensi dan pentingnya. Matriks ini akan membantu kita dalam menentukan prioritas mana yang harus didahulukan dalam keterbatasan waktu dan sumber daya.
- Perencanaan SMART: Perencanaan yang didalamnya terdapat unsur Spesific (spesifik), Measurable (terukur), Achievable (dapat dicapai), Relevant (memiliki relefansi dengan kita), dan Time-bound (tentukan jangka waktu) akan membantu individu agar tetap terarah.
Terapkan Manajemen Waktu Efektif Menurut 4 Kategori Teori Eisenhower
Kemampuan Manajemen Energi Diri
Setelah kita mampu mengelola waktu kita, ada baiknya kita juga memulai untuk mengelola energi kita. Dengan kemampuan mengelola energi diri, memungkinkan bagi kita untuk sepenuhnya terlibat dengan apapun yang sedang kita kerjakan.
Sebuah studi telah menemukan bahwa seseorang yang merasa seimbang dalam kehidupan pribadi dan profesional mereka cenderung lebih produktif, kreatif, dan terlibat penuh (full engagement) dalam pekerjaannya.
Sebagaimana diungkapkan oleh Jim Loehr dan Tony Schwartz dalam buku The Power of Full Engagement, “Kita tidak hanya perlu mengelola waktu kita, tetapi juga mengelola energi kita untuk mencapai performa puncak.”
Kedua penulis buku tersebut menekankan bahwa efektivitas kita dalam bekerja, tidak hanya bergantung pada seberapa banyak waktu yang kita habiskan, tetapi juga pada kualitas energi yang kita bawa ke dalam pekerjaan kita tersebut.
Intinya terdapat 4 dimensi energi yang harus kita perhatikan:
-
Dimensi Energi Fisik:
Dimensi energi fisik dipengaruhi oleh kecukupan asupan nutrisi, olahraga yang teratur, waktu tidur/istirahat yang cukup. Berkurangnya energi fisik akan mempengaruhi kemampuan konsentrasi/tetap fokus serta pengelolaan emosi.
Energi ini dapat dipulihkan melalui jeda istirahat panjang ataupun jeda istirahat selama beberapa menit atau juga melakukan snacking setiap 30 menit hingga 1 jam sekali. Teknik Pomodoro dapat diaplikasikan untuk membangkitkan kembali dimensi ini.
Mendengarkan musik atau bercakap cakap dengan rekan kerja juga disarankan untuk mengatasi kelelahan fisik ini.
-
Dimensi Energi Emosional:
Kualitas energi seseorang sangat bergantung pula pada kemampuannya untuk mengelola emosi dan membangun hubungan positif, baik dengan diri sendiri maupun dengan orang lain.
Memulai hari dengan melakukann self-talk yang positif dengan diri sendiri serta mengapresiasi orang lain, dapat mengubah suasana hati menjadi lebih baik. Hal ini tentunya dapat meningkatkan keterlibatan diri terhadap tugas yang sedang kita jalani.
Waspadai kelelahan fisiologis dapat juga menyebabkan kita sulit untuk mempertahankan emosi positif, bahkan cenderung mendorong kita menjadi reaktif dan sulit berpikir secara jernih. Melakukan teknik pernafasan sederhana dapat meminimalisir emosi negatif ini.
-
Dimensi Energi Mental:
Dimensi ini melibatkan fokus dan konsentrasi. Dimensi mental kita akan dapat bekerja dengan baik jika kita melakukan pekerjaan secara focus dan penuh konsentrasi.
Jika kita ingin dimensi mental kita stabil dan tidak cepat terkuras, maka hindarilah multitasking. Dengan bekerja secara fokus dengan melakukan satu pekerjaan dalam satu rentang waktu tertentu membuat energi mental kita lebih stabil.
Kawan GNFI, usahakan untuk menjauhkan diri dari telepon genggam, saat kita sedang melakukan pekerjaan yang memerlukan konsentrasi tinggi. Pasang status DND pada WhatsApp Kawan.
Melakukan pekerjaan secara sistematis seperti menggunakan Eisenhower Matrix yaitu mendahulukan pekerjaan yang Important dan Urgent ketimbang melakukan pekerjaan secara acak juga merupakan upaya untuk menjaga level energi mental kita secara lebih positif.
-
Dimensi Energi Spiritual:
Merupakan hal-hal yang berkaitan dengan kemampuan diri untuk menghubungkan pekerjaan dengan tujuan hidup kita yang lebih besar atau kemampuan untuk memaknai pekerjaan kita.
Pekerjaan yang sesuai dengan nilai-nilai yang penting bagi kita (personal core values) dan sejalan dengan passion juga akan memberikan dampak energi spiritual yang positif. Ini pada akhirnya akan menimbulkan keterlibatan (engagement) serta produktivitas yang tinggi.
Mengalokasikan waktu secara sadar pada hal hal yang penting bagi kita seperti keluarga. ibadah atau hobby juga dapat meningkatkan energi dimensi ini.
Jadi persiapkan diri Kawan dengan kemampuan untuk mengelola waktu dan 4 dimensi energi diri, untuk menghadapi akhir tahun yang super sibuk dan menyambut tahun baru 2025 yang pastinya akan lebih menantang.
Referensi:
Loehr, Jim and Schwartz, Tony. (2003). The Power of Full Engagement. New York: The Free Press.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News
[ad_2]
Source link
Tinggalkan Balasan