Museum M H Thamrin, Tempat Macan Betawi Memperjuangkan Kemerdekaan Indonesia
Museum M. H. Thamrin bisa jadi destinasi untuk Kawan GNFI yang ingin napak tilas mengenang jasa para pahlawan. Berkunjung ke Museum M. H. Thamrin menjadi pilihan yang bagus untuk mendalami perjuangan M. H. Thamrin dan pahlawan lainnya membela rakyat kecil dari kebijakan Kolonial Belanda.
Lokasi
Museum M.H. Thamrin berlokasi di Jl. Kenari II no. 15, Senen, Jakarta Pusat. Terletak di tengah-tengah pemukiman warga, Kawan GNFI mungkin tidak menyangka bahwa terdapat tempat bersejarah di sana. Kawan GNFI dapat menggunakan transportasi umum untuk menuju ke sana.
Kawan GNFI bisa naik kereta lalu turun di Stasiun Cikini. Setelah itu, Kawan GNFI melanjutkan perjalanan menggunakan Mikrotrans 10A atau 10B kemudian turun di bus stop RS M Ridwan. Selanjutnya, Kawan GNFI dapat jalan kaki sejauh 400 meter untuk sampai di museum.
Pilihan lainnya, Kawan GNFI dapat menggunakan Transjakarta 5, 5D, atau 5C. Kawan GNFI dapat turun di Halte Salemba UI. Setelah itu, Kawan GNFI berjalan kaki sekitar 550 meter agar sampai di museum.
Jam Buka
Museum M. H. Thamrin buka pada hari Selasa sampai dengan Minggu pukul 9.00 hingga 16.00 WIB. Museum tutup pada hari Senin.
Tiket Masuk
Selasa – Jumat
- Anak-anak/Pelaja Rp5000,-
- Mahasiswa Rp5000,-
- Dewasa Rp10.000,-
- Wisatawan Mancanegara 50.000,-
Harga tiket masuk untuk orang dewasa yang berkunjung saat akhir pekan adalah Rp15.000, sedangkan harga tiket masuk untuk pelajar, mahasiswa, dan wisatawan tetap sama. Pihak museum menerima pembayaran tunai ataupun melalui QRIS.
Siapa M.H Thamrin?
Kawan GNFI mungkin tidak asing dengan nama M. H. Thamrin. Nama tersebut memang terkenal karena dijadikan sebagai nama jalan protokol di Jakarta Pusat.
M. H. Thamrin atau Mohammad Hoesni Thamrin merupakan salah satu sosok penting dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. M. H. Thamrin dikenal sebagai sosok mudah bergaul dan sangat memikirkan nasib rakyat.
Beliau memerhatikan masalah kampung yang becek, kurangnya penerangan di kampung, serta banjir. Tidak hanya itu, M. H. Thamrin juga pernah melayangkan protes karena pembangunan kampung kumuh diabaikan, sedangkan pembangunan perumahan elit di Menteng diprioritaskan.
Suasana Museum
Saat pertama kali masuk, Kawan GNFI langsung dapat melihat patung M. H. Thamrin berdiri tegap. Sosok ini mendapat julukan Macan Betawi. Maka dari itu, kamu dapat melihat dekorasi Betawi di sekitar museum, seperti Ondel-ondel yang terdapat di pintu masuk.
Museum tersebut menggunakan nama M. H. Thamrin bukan tanpa sebab. Dulu, gedung tersebut dimiliki oleh keluarga M. H. Thamrin lalu diwariskan ke pemerintah.
Sejak itu, gedung M. H. Thamrin digunakan untuk berbagai pertemuan untuk memerjuangkan kemerdekaan. Salah satu pertemuan penting yang diadakan di sana adalah rapat Permufakatan Perhimpunan-Perhimpunan Pemerintah Kebangsaan Indonesia (PPPKI). Karena itu, bangunan ini sempat dinamakan Gedung Permufakatan Indonesia.
Selain untuk kepentingan pemerintahan, bangunan museum ini juga memiliki fungsi lain. Pada tahun 1927, gedung Museum M. H. Thamrin juga digunakan untuk sekolah politik. Selain itu, diadakan juga pertunjukan tari-tarian rakyat serta kegiatan hiburan.
Koleksi Museum
Koleksi-koleksi yang terdapat di Museum M. H. Thamrin masih terjaga dengan baik. Selain itu, terdapat replika ornamen bersejarah yang sangat mirip dengan aslinya.
Karena M. H. Thamrin memiliki darah Betawi, maka tak heran jika di dalam museum terdapat koleksi-koleksi museum yang menampilkan budaya Betawi, seperti alat musik tradisional suku Betawi.
Suasana kota Jakarta zaman dahulu juga divisualisasikan melalui ornamen-ornamen kecil. Kawan GNFI juga dapat melihat situasi rapat yang diadakan di bangunan museum melalui replika mini.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News
[ad_2]
Source link
Tinggalkan Balasan