[ad_1]

Tarian kethek ogleng adalah sebuah tarian tradisional yang berasal dari Desa Tokawi, Kecamatan Nawangan, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur.

Tarian ini diciptakan pada tahun 1962 oleh Sutiman, seorang seniman lokal yang terinspirasi oleh tingkah laku kera (kethek) yang sering ia amati.

Gerakan dalam tarian ini meniru perilaku kera, seperti melompat dan memanjat pohon, dan awalnya melibatkan aksi akrobatik dengan bantuan tali.

Mengenal Tarian Khas Ngawi, Tari Orek-Orek

Selain itu, tarian kethek ogleng juga berkaitan dengan kisah Kerajaan Jenggala dan Kediri dalam Cerita Panji, di mana karakter Hanuman (kera putih) turut memberikan inspirasi.

Tarian ini secara resmi diakui sebagai Warisan Budaya Takbenda oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia pada tahun 2009. Kini menjadi ikon budaya Pacitan yang sering dipentaskan dalam acara-acara penting seperti hajatan masyarakat dan penyambutan tamu.

Tarian kethek ogleng memiliki beberapa ciri khas yang membedakannya dari tarian tradisional lainnya. Pertama, gerakan dalam tarian ini bersifat fleksibel dan tidak baku. Dengan demikian, penari dapat melakukan improvisasi dengan meniru gerakan kera, menciptakan suasana pertunjukan yang dinamis dan interaktif dengan penonton.

Selain itu, penari sering melibatkan penonton dalam pertunjukan dengan mengajak mereka untuk ikut menari dan bercanda, menjadikan pengalaman menonton lebih menarik dan menghibur.

Kostum yang dikenakan oleh para penari menyerupai tokoh Anoman dari cerita Ramayana. Namun, dengan variasi warna yang berbeda. Ini menjadikannya unik dibandingkan kostum standar pada banyak tarian lain.

Pertunjukan ini juga diiringi oleh musik gendhing gancaran pancer, sebuah jenis vokaber gendhing Jawa yang memberikan nuansa khas dan menonjolkan elemen suara dalam setiap penampilannya. Yang memberikan nuansa khas dan menonjolkan elemen suara dalam keseluruhan pertunjukan. Keunikan-keunikan ini menjadikan kethek ogleng sebagai seni pertunjukan yang sangat khas dan menarik perhatian.

Inilah Makna di Balik Tari Ondel-Ondel, Salah Satu Kesenian Tradisional Khas Betawi

Alasan Kethek Ogleng Menjadi Ikon Seni Wonogiri

Kethek ogleng menjadi ikon seni di Wonogiri karena berbagai faktor yang unik. Pertama, tarian ini tidak memiliki gerakan baku, yang memungkinkan penari untuk berimprovisasi dan meniru gerakan kera. Dengan begitu, hal ini menciptakan suasana pertunjukan yang dinamis dan interaktif dengan penonton.

Tarian kethek ogleng terinspirasi dari legenda Panji Asmarabangun, yang menceritakan tentang monyet (kethek), sehingga memberikan kedalaman historis dan budaya pada tarian ini.

Selain itu, tarian ini sering dipentaskan sebagai kesenian rakyat pasca panen dan digunakan sebagai hiburan dalam berbagai acara, seperti pesta hajatan, khitanan, atau nazar setelah sembuh dari sakit. Meskipun diciptakan di Wonogiri, kethek ogleng telah menyebar ke daerah lain seperti Pacitan dan Gunungkidul, tetapi tetap menjadi simbol kebanggaan Kabupaten Wonogiri.

Tari Kethek Ogleng juga telah diakui sebagai warisan budaya oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Riset dan Teknologi pada tahun 2018, menegaskan pentingnya tarian ini dalam seni tradisional Indonesia.

Sejarah Tari Tradisional Magunatip, Mengakar sebagai Simbol Persatuan di Indonesia

Tokoh Penting dalam Pengembangan Tari Kethek Ogeng

Tokoh-tokoh penting dalam pengembangan kethek ogleng memiliki peran yang signifikan dalam sejarah dan penyebaran tarian ini.

Sutiman, seorang warga Desa Tokawi di Kecamatan Nawangan, Kabupaten Pacitan, adalah pencipta utama tarian tersebut. Ia menciptakan tarian ini pada tahun 1960-an setelah mengamati kelincahan kera di ladang, terinspirasi oleh gerak-gerik hewan tersebut.

Daman Harjo Prawiro, yang menjabat sebagai lurah Desa Tokawi pada saat Sutiman pertama kali menampilkan kebudayaan tersebut, juga memiliki peran penting dalam mempromosikan dan mensponsori pertunjukan ini.

Selain itu, kelompok karawitan Desa Tokawi berkolaborasi dengan Sutiman untuk mengiringi tarian dengan tembang dari penyanyi pesinden Rinem, yang membantu meningkatkan popularitas kethek ogleng di kalangan masyarakat.

Di Kabupaten Wonogiri, Darjino diakui sebagai salah satu pencipta alternatif tarian ini, meskipun versi Pacitan lebih mendominasi secara nasional.

Suwiryo menjadi pelopor yang mengadaptasi gerakan tarian agar lebih menyerupai gerakan kera, yang membuatnya sangat disukai oleh masyarakat di Wonogiri dan menunjukkan proses adaptasi serta evolusi tarian itu di wilayah tersebut.

Setelah kematian Suwiryo, Sukijo melanjutkan pekerjaannya dan menjadi salah satu tokoh penting dalam melestarikan serta mengembangkannya di Wonogiri.

Tokoh-tokoh ini berkontribusi secara signifikan dalam pengembangan dan promosi kethek ogleng, baik di Pacitan maupun di daerah lain seperti Wonogiri.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News



[ad_2]

Source link